Monday, November 8, 2010

Bandung Techno Park: Cikal Bakal “Silicon Valley of Indonesia” ?


Kalangan akademisi Institut Teknologi Telkom Bandung (ITTelkom) mengagas Bandung Techno Park. Tidak sepertihal techno park lainnya yang sudah dibangun di beberapa tempat di Tanah Air, BTP memfokuskan bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK/ICT).

BTP dibangun diatas lahan seluas 5 hektar yang disediakan oleh Yayasan Pendidikan Telkom, berlokasi di dalam kawasan pendidikan Telkom, tepatnya di Kampus Institut Teknologi Telkom, Terusan Buah Batu Dayeuhkolot Bandung. Dilengkapi 52 laboratorium TIK, dan sedikitnya terdapat 215 orang peneliti di bidang TIK. “Jumlahnya akan bertambah, bekerjasama dengan perguruan tinggi, kalangan akademisi serta peneliti lainnya,” papar Jangkung Rahardjo, Penanggung Jawab Bandung Techno Park.

Laboratorium-laboratorium tersebut dikelompokkan dalam Laboratorium Sistem Elektronika (4 lab), Laboratorium Sistem Jaringan dan Multimedia (3 lab), Laboratorium Pengolahan sinyal Informasi (3 lab), Laboratorium Transmisi Komunikasi (4 lab), Laboratorium Sistem Komunikasi (3 lab), Laboratorium Informatika Teori dan Pemograman (4 Lab), Laboratoria Rekayasa Perangkat Lunak dan Data (4 lab), Laboratoria Sistem Komputer dan Jaringan (4 Lab) , Laboratorium Rekayasa Industri (15 Laboratorium).
Menurut Rahardjo, Bandung Techno Park dirintis sejak 2006 melalui permohonan pada Dirjen Depperin. “Ide kami mengembangkan Techno Park khusus ICT,” papar Raharjo. Awal 2007, Departemen Perindustrian, melalui Dirjend IKM memberikan izin pada kalangan akademik ITTelkom mengembangkan UPT Telematika sekaligus memberikan hibah perangkat . Hingga 2009, Depperin kembali memberikan bantuan pembangunan Pusat Disain Telekomunikasi untuk memproduksi desain-desain sistem maupun perangkat telekomunikasi. Dua lembaga (UPT Telematika dan Pusat Desain Telematika) bantuan Departemen Perindustrian tersebut , menjadi cikal bakal Bandung Techno Park.

“UPT Telematika bertujuan untuk menumbuhkan dan membina industri kecil dan menengah di bidang ICT. Sedangkan, PDT nantinya akan lebih banyak kegiatan-kegiatan riset aplikatif,” ujarnya.

Bandung Techno Park memfokuskan 8 bidang, yaitu Research & Development, Vocational Training and Human Resource Certification, Consultaty, Facility Provider, Business Mediation, Technical & Business Information Center, Product Certification,dan Production Support

Rahardjo mengatakan riset-riset yang dihasilkan akan dikategorikan menjadi riset dasar dan terapan. Riset terapan akan dikembangkan di PDT (Pusat Desain Telematika) menjadi desain produk dan dibuatkan prototipe, dalam bentuk sistem maupun perangkat. “Secara tidak langsung paten akan tumbuh dengan subur dari sini. Prototipe-prototipe tersebut akan melalui prosedur sertifikasi hingga dinyatakan layak diproduksi massal,” ujarnya.

Kendati, dihasilkan prototype dengan spesifikasi tertentu, namun Rahardjo mengakui khusus teknologi ICT harus mampu mencapai standar nasional, dan Internasional. “Apalah artinya BTP bisa memproduksi prototipe sistem atau perangkat tetapi tidak penuhi standar sehingga tidak dapat digunakan masyarakat luas. Justru disinilah peran ABG (academician, business, goverment-red) tadi, khususnya pemerintah yang bertanggung jawab menetapkan aturan tersebut melalui badan standardisasi,” ujarnya.

BTP ditargetkan mampu menghasilkan prototipe per tahun yang siap diserap industri. Pada tahun ini (2010) ditargetkan kerjasama dengan 10 industri. Rahadjo mengatakan, BTP diharapkan bisa membantu menyerap investasi telekomunikasi di Indonesia untuk konten lokal. Tercatat saat ini investasi telekomunikasi di Indonesia sekitar Rp 300 triliun, namun baru 5 persen di antaranya yang dimanfaatkan oleh konten lokal.

“Dengan kebijakan pemerintah sekarang dimana lokal konten minimal 30 persen, memberikan harapan baru bagi produksi dalam negeri untuk mampu bersaing dengan produk luar,” ujarnya.

Investasi pembangunan BTP dilakukan secara bertahap. Pada tahun ini, kucuran dana mencapai Rp 9 miliar. Sedangkan pada 2011, direncanakan ditanamkan lagi sekitar Rp 17 miliar, dan pada 2012 sebesar Rp 31 miliar. Hingga 2013, investasi yang ditanamkan BTP akan mencapai 24 miliar.

Menurut Rahardjo, pendanaan pembangunan tahap awal bersumber dari Yayasan Pendidikan Telkom melalui ITTelkom, dan dalam pengembangannya mendapat bantuan Departemen Perindustrian melalui pembangunan UPT dan PDT. “Diharapkan dimasa depan, provinsi, kabupaten serta kalangan industri besar ikut berperan mengembangkannya,” ujarnya.

Related Post



0 comments:

Post a Comment